BUDIDAYA TANAMAN KAYU PUTIH
- PENDAHULUAN
Kayu putih (Melaleuca
cajuputi sub sp. cajuputi) tersebar secara alami di kepulauan Maluku dan Australia
bagian utara.
Jenis ini telah berkembang luas di Indonesia, terutama di
pulau Jawa dan Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling secara
tradisional oleh masyarakat maupun secara komersial menjadi minyak atsiri yang
bernilai ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis yang
panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh baik pada tanah yang berdrainase baik
maupun jelek dengan kadar garam tinggi maupun asam dan toleran ditempat terbuka
serta tahan terhadap kebakaran.Penelitian P3BPTH pada Kebun Benih semai
uji keturunan jenis Kayu putih di Gunungkidul diperoleh estimasi peningkatan
genetik untuk rendemen minyak sebesar 21% terhadap rata-rata populasi pada
kebun benih, akan tetapi bila dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dari
pabrik, peningkatan rendemen minyak lebih dari 100%. Terhadap kadar 1,8
cyneole, peningkatan yang dihasilkan sebesar 10%. Sedangkan untuk sifat
pertumbuhan tanaman diperoleh peningkatan sebesar 15 - 20%. Dengan peningkatan rendemen minyak sebesar
100%, maka diharapkan produksi minyak kayu putih dapat ditingkatkan menjadi
lebih dari 2 kali dengan luasan tanaman yang sama (Susanto, M. 2001).Pembuatan
bibit dapat dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif.
- PEMBUATAN BIBIT
2.1. Secara Generatif
Tahapan yang harus diperhatikan dalam pembuatan
bibit secara generatif adalah pengumpulan benih dan kegiatan di persemaian.
2.1.1.
Pengumpulan Benih
Beberapa
hal yang pertu diperhatikan untuk mendapatkan benih kayu putih yang baik adalah :
- Pohon induk terseleksi yang dipilih harus memiliki fenotip dan genotipe unggul seperti : sehat, pertajukan rindang, berbuah lebat serta mempunyai kandungan rendemen minyak dan kandungan sineol yang tinggi.
- Pohon induk dipilih dari sumber benih yang baik, yaitu dari Kebun Benih, atau dari Areal Produksi Benih (APB) ataupun dari pohon yang terseleksi (pohon plus).
- Pengumpulan buah sebaiknya pada musim panen raya. Biasanya musim berbunga mulai bulan Maret dan masa berbuah lebat pada bulan September.
- Pohon induk yang berbuah lebat dipanjat untuk memilih buah yang telah masak, yaitu yang berwama kecoklatan.
- Memetik buah yang masak dari tangkai buah dan tidak perlu memotong dahan, agar pohon induk tidak terganggu proses reproduksinya.
- Pemisahan benih (ekstraksi benih) dari buah yang masak sangat mudah, cukup dijemur di bawah sinar matahari dan benih akan lepas dengan sendirinya.
- ukuran benih kayu putih sangat halus, sehingga pada waktu pengumpulan benih agar menghindari dari tiupan angin. Setiap gram benih kayu putih yang baik rata-rata dapat menghasilkan 2.700 bibit (Doran et al, 1998, dalam Susanto, 2001).
- Penyimpanan benih di lakukan pada kondisi kering dengan kelembaban 5 - 8% dalam refrigerator (lemari es) pada suhu 3-5oC. Dengan kondisi demikian benih dapat bertahan sampai beberapa tahun.
2.1.2.
Persemaian
Persyaratan
areal persemaian antara lain mudah dijangkau, sumber
air (ketersediaan air) cukup, topografi relatif datar, tenaga kerja relatif
mudah diperoleh, terhindar dari penggembalaan dan terdapat saluran (drainase)
pembuangan air yang baik.
Persiapan
media tabur :
- Menyiapkan bak tabur dengan lubang drainase dibawahnya. Bak tabur tidak perlu terlalu luas karena ukuran benih sangat halus, cukup dengan bak plastik ukurati 25 x 35 x 10 cm beberapa buah.
- Media tabur cukup menggunakan pasir steril dengan cara dijemur dibawah sinar matahari, atau digoreng kering (sangrai), atau disemprot dengan fungisida (Benlate).
- Media tabur tidak padat, dan harus mempunyai porositas yang baik (pasir) sehingga tidak merusak perakaran pada saat disapih.
- Pada tahap ini media tidak perlu subur atau dipupuk, karena sifatnya sementara dan kecambah masih memiliki nutrisi bawaan dari lembaganya (cotyledon)
Penaburan
- Benih sebelum ditabur sebaiknya dicampur pasir halus yang steril, agar benih tidak menggumpal (menggerombol) mengingat ukuran benih sangat halus.
- Benih ditabur merata di atas bak tabur, kemudian ditutup dengan sedikit lapisan pasir halus agar benih tidak mudah terbang
- Untuk menjaga kelembaban dan tiupan angin, sebaiknya bak tabur ditutup plastik transparan (sungkup)
- Penyiraman dilakukan dengan menggunakan sprayer halus pada pagi dan sore hari agar media tabur selalu basah (lembab). Setelah pekerjaan penyiraman selesai, plastik ditutup kembali, karena benih akan berkecambah apabila cahaya, oksigen dan air cukup tersedia.
- Setelah ± 5 hari dibedeng tabur benih mulai berkecambah, dan + 2 minggu siap untuk dipindah ke bedeng sapih.
Persiapan
penyapihan
- Menyiapkan bedeng sapih dengan ukuran 5m x 1m agar memudahkan dalam perawatan.
- Media sapih yang digunakan sebaiknya mempunyai kandungan nutrisi yang lebih lengkap, yaitu dengan menggunakan media tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7:2:1.
- Media dimasukkan kedalam kantong plastik (polybag). Ukuran polybag yang digunakan tidak perlu terlalu besar, karena batang dan tajuk semai kayu putih ukurannya relatif ramping, sehingga cukup menggunakan ukuran 9cm x 12cm.
- Apabila menggunakan potrays, maka media yang digunakan adalah yang dapat kompak dengan akar serabut tanaman, sehingga pada saat dilepas dari potrays media tidak hancur. Disarankan menggunakan bahan organik tanaman dicampur dengan kompos.
- Kantong plastik (polybag) sebaiknya disusun teratur di bedeng sapih yang telah disiapkan, untuk memudahkan perawatan dan menghitung jumlah bibit.
- Pemasangan naungan cabaya (paranet 75%) selama 3 bulan agar intensitas cabaya tidak terlalu tinggi terutama pada saat siang hari dan lebih baik lagi naungan dapat dibuka pada pagi hari agar cahaya pagi (ultra violet) dapat mengenai bibit dan media sehingga pertumbuhan bibit lebih sehat.
- Pemasangan sungkup plastik transparan di bedeng sapih agar kelembaban dapat terjaga. Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan pemberian sungkup plastik transparan dapat menekan kematian bibit. Pekerjaan ini sebaiknya sudah siap sebelum dilakukan pekerjaan penaburan.
Penyapihan
- Karakteristik semai kayu putih sangat khas dibandingkan jenis tanaman hutan lainnya sehingga memerlukan perlakuan khusus.
- Setelah bibit berada selama 2 minggu di bedeng tabur, atau tumbuh daun 2 helai atau lebih dan tinggi lebih dari 1cm, maka bibit segera dipindahkan ke bedeng sapih. Penyapihan sebaiknya menggunakan alat pinset, karena kondisi semai sangat kecil dan peka terhadap gesekan.
- Apabila jarak antara bak tabur berjauhan dengan areal penyapihan, maka bibit dari bedeng tabur diambil dan dipindahkan ke kotak plastik yang berisi air bersih, agar bibit tidak cacat dan tidak kekeringan.
- Dibuat lubang tanam pada media sapih di polybag sedalam panjang akarnya (3-5cm) agar perakaran tidak melipat/patah. Bibit ditanam perlahan kemudian ditutup dengan media serta dipadatkan dengan ditekan perlahan. Diusahakan agar perakaran jangan sampai melipat.
- Setelah disapih, dilakukan penyiraman halus (kabut) dengan menggunakan pompa sprayer (nozel halus), mengingat tinggi bibit rata-rata 1 cm, dan mudah roboh.
- Lebih baik dipasang sungkup plastik agar kelembaban lingkungan bibit dapat terjaga dan bibit terlindungi dari gangguan hama pengganggu (burung, belalang, katak, tikus dan sebagainya). Sungkup dapat dibuka setelah semai berumur 8 minggu.
Pemeliharaan
Penyiraman
sampai umur 2 bulan dengan sprayer halus, dilakukan pada pagi dan sore
hari. Pada
fase in kecambah kayu putih pertumbuhannya lambat, bahkan tampak seperti
berhenti (dorman) berkisar antara 7-8
minggu. Tinggi semai rata-rata masih
1-2cm, sehingga penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati karena sistem
perakaran dan batang masih sangat rentan dan mudah patah.
Penggunakan alat sprayer halus akan
berdampak baik terhadap bibit karena dapat mengurangi pengaruh kinetik
semprotan air terhadap semai yang baru berkecambah.
Setelah tinggi bibit lebih dari 15 cm,
penyiraman dapat menggunakan sprayer yang agak besar atau gembor, karena
kondisi perakaran cukup kuat. Penyiraman
dilakukan 2 kali sehari secara rutin pada pagi dan sore.
Penyiangan (weeding), yaitu pekeraan pembersihan dari tanaman pengganggu yang
ada pada polybag (biasanya dari jenis rumput) dilakukan setiap hari. Penyiangan dilakukan dengan hati-hati karena
akan mengganggu akar kayu putih. Apabila gulmanya lebih besar dari kayu putih,
lebih baik batang gulma dipotong/ digunting.
Pendangiran, berupa pekerjaan penggemburan
permukaan media agar aerasi menjadi baik dan perakaran menjadi sempurna. Dilakukan bersamaan dengan pekerjaan
pembersihan gulma.
Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat
dilakukan pemupukan dengan pupuk NPK (I5:15:15), yang dilarutkan dan
disemprotkan setiap 2 minggu sekali. Atau
pemberian pupuk butiran NPK sebanyak 2-3 butir per polybag setiap 2 minggu
sekali.
Hama yang umumnya menyerang dan mengganggu
di persemaian adalah ulat dan belalang.
Serangan hama pengganggu dapat dicegah dengan cara penyemprotan
insektisida. Binatang pengganggu yang
umumnya dijumpai adalah burung yang mencari makanan di persemaian. Pencegahan dilakukan dengan memberi naungan
berupa sharlon/paranet, atau menggunakan sungkup plastik.
Penyakit yang umumnya dijumpai di persemaian
adalah jamur yang dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida. Diupayakan juga dengan membuat saluran
pembuangan air disekitar bedengan, agar tidak terjadi genangan air.
Pemotongan cabang/bakal cabang dan akar
yang keluar menembus polybag pada bibit tua yang belum dipindah ke lapangan,
dimaksudkan agar percabangan tidak terlalu banyak dan akar bibit tidak rusak
pada saat dipindahkan kelapangan
2.2.
Secara vegetatif
Pembiakan secara vegetatif pada tanaman
kayu putih telah dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan tujuan untuk
mempertahankan sifat induknya.
Berikut beberapa teknik pembiakan
vegetatif kayu putih yang telah dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (P3BPTH) Yogyakarta.
2.2.1. Pembuatan
stek pucuk dengan teknik rejuvinasi stek cabang
Beberapa hal penting dalam teknik
pembuatan stek pucuk dengan teknik rejuvenasi stek cabang yaitu sebagai berikut:
- Pengambilan cabang dari pohon induk hasil seleksi di hutan tanaman kayu putih dengan cara cabang dipotong dari bagian terbawah sepanjang 40cm dan diameter 2 - 4 cm. Ujung cabang ditutup lilin untuk menghambat kekeringan, selanjutnya cabang direndam dalam air pada bak plastik dengan kedalaman 5cm dan air selalu diganti setiap hari.
- Penanaman cabang dalam bak berisi pasir ditutup dengan sungkup plastik pada kedalaman 10cm. Perlu diperhatikan bahwa bagian bawah bak di beri lubang, sehingga bak tidak tergenang air.
- Penyiraman dilakukan setiap hari dengan sprayer halus serta penambahan air kedalam bak pasir apabila kelembabannya kurang.
- Menjaga lingkungan pembiakan, yaitu dengan menjaga kelembaban dalam bak sungkup diatas 80%, suhu ruangan dibawah 30oC dan diberi naungan dengan intensitas cahaya 75% pada siang hari.
- Setelah berumur 1,5 bulan, stek akan menghasilkan trubusan dan dapat diambit stek pucuknya
- Materi stek pucuk diambil dari trubusan tersebut dengan cara memotong daunnya dan ditinggalkan sepertiga bagian untuk mengurangi tingkat penguapan. Pemangkasan dan penanaman stek dilakukan pada pagi hari (sebelum jam 1O pagi) kemudian dicelupkan pada larutan Rootone F dengan konsentrasi 50% sekitar 30 detik
- Penanaman stek pucuk pada pot plastik berisi media pasir yang disusun dalam bak stek yang diberi sungkup. Teknik ini disamping biayanya relatif murah dapat menghasilkan presentase tumbuh yang baik yaitu sebesar 57%,.
2-2.2. Stek pucuk dari kebun pangkas
Langkah yang perlu dilakukan dalam teknik
pembuatan stek pucuk dari kebun pangkas adalah:
- Pemilihan tunas yang tumbuh autotrop (ke atas) pada tanaman kayu putih yang telah dipangkas. Tunas yang baik adalah yang tidak terlalu tua atau terlalu muda, dengan panjang sekitar 30cm. Panjang stek kurang lebih 3-4 ruas ( ±10cm) dan dari satu tunas dapat diambil sampai 3 stek.
- Penanaman stek pucuk dilakukan pada bedeng stek dengan media pasir dan sebelumnya bagian pangkal stek diolesi Rootone F. Bedeng segera ditutup sungkup plastik untuk memelihara kelembaban diatas 80%.
- Pemeliharaan stek dilakukan dengan penyiraman sesering mungkin dengan sprayer tangan. Setelah 2 bulan, stek siap dipindahkan ke kantong bibit/polybag yang berisi media tanah + pupuk kandang (1:1) untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik. Setelah 2-3 bulan di persemaian, bibit telah siap ditanam di lapangan.
2.2.3. Stek akar
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
teknik pembuatan stek akar adalah :
- Dipilih bahan tanaman untuk stek dari pohon induk yang baik (sehat).
- Pemotongan bahan stek sepanjang 15-20cm.
- Perendaman bahan stek dalam larutan hormon yang telah disiapkan atau mengoleskan bagian pangkal stek dengan hormon dalam bentuk pasta.
- Penanaman stek pada media yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang tidak terlalu lebar (rapat). Stek juga dapat langsung ditanam pada media tanah dalam polybag.
- Penutupan ruang bedeng stek dengan sungkup plastik trasparan di bawah naungan/paranet untuk menghindari intensitas cahaya yang terlalu tinggi.
- Penyiraman media stek yang tidak terlalu basah untuk memberikan kelembaban yang optimal secara teratur sesuai dengan kebutuhan
2.2.4.
Cangkok
Langkah-langkah
dalam pembuatan cangkok
- Membuat bidang cangkok dcngan menyayat atau mengupas kulit cabang sepanjang 5-10cm sehingga kambium terkelupas dan diusahakan agar kayu terlihat kering. Penyayatan dilakukan dengan pisau atau cutter yang tajam dan steril,
- Membungkus bidang cangkok dengan media yang telah disediakan yang terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang kemudian dibungkus dengan plastik hitam dan masing-masing ujung pembungkus diikat secara kuat dengan tali plastik.
- Setelah terbentuk akar pada umur 3-4 bulan (dapat dilihat dengan cara membuka pembungkus cangkok), kemudian bagian yang telah dicangkok dipotong pada bagian bawah bidang cangkok dan dipisahkan dari pohon induknya.
- Hasil cangkok ditempatkan pada tempat yang teduh yang telah disiapkan sebelum ditanam di lapangan.
- Penanaman tanaman hasil cangkok pada lubang yang telah disiapkan diusahakan cukup dalam dengan jarak tanam rapat (1 x 1 m).
- PENANAMAN
Setelah bibit siap untuk ditanam, dalam kegiatan
penanaman perlu memperhatikan persiapan lahan dan teknik penanaman.
3.1. Persiapan lahan
Pada umumnya kayu putih relatif mudah ditanam,
terutama pada jenis tanah grumosol, latosol, maupun regosol. Jarak tanam ideal pada
hutan tanaman biasanya menggunakan 2 x 1 m, atau 3 x 1 m, untuk pola tanam
tumpangsari.
Pengolahan lahan dapat dilakukan dengan dicangkul
atau untuk lahan yang topografinya datar dapat diolah dengan traktor. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan sistem cemplongan yaitu tanah yang diolah hanya seluas
1 M2 dari titik tanam. Lubang tanam dapat dibuat dengan berbagai macam ukuran, tetapi yang
dianjurkan adalah 30 cm x 30 cm x 30 cm.
Lubang tanam dipupuk dengan kompos sebanyak 1-2 kg per
lubang untuk memacu pertumbuhan awal tanaman.
Pemasangan ajir dengan ukuran 50-80cm agar ajir
mudah dilibat dan penanaman menjadi lebih mudah.
3.2. Teknik penanaman
Material penanaman dapat berupa bibit dari
persemaian, stump, maupun puteran. Bibit kayu
putih yang ditanam harus sehat, memiliki tinggi 30-50 cm dan dari segi fisik
memiliki kenampakan daun yang hijau segar, cerah, daun
utuh (tidak diserang penggerek daun), batang dan perakaran baik.
Bibit memerlukan kelembaban yang tinggi sehingga
pola penanaman lebih efektif apabila dilakukan pada saat curah hujan mulai
tinggi (Januari - Februari).
Bibit
yang siap tanam dimasukan dalam lubang yang telah disiapkan dan telah diisi kompas
. Sobek polybag secara cermat jangan sampai mengenai akar
muda. usahakan media tanah tetap padat agar
akar tidak terhambat pertumbuhannya.
Menimbun lubang galian dengan tanah, ratakan dengan
permukaan tanah, kemudian sekitar batang tanaman tanahnya ditinggikan agar
genangan air tidak terkumpul pada akar yang baru ditanam.
- PEMELIHARAAN
Tanaman kayu putih adalah jenis tanaman Yang tidak
memerlukan pemeliharaan Yang intensif. Namun umur 1-2 tahun
harus lebih diperhatikan dan dipelihara.
setelah berumur 2 tahun tanaman tetap dirawat,
tetapi dengan intensitas Yang lebih rendah.
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman,
penyiangan (weeding), pendangiran, pemupukan dan pemangkasan batang.
4.1. Penyulaman
Tanaman
kayu putih yang mati di areal penanaman segera disulam agar diperoleh umur
tegakan Yang sama dan dalam satuan jumlah pohon Yang
seragam. Tanaman Yang
memiliki pertumbuban lambat atau tidak sehat segera diganti dengan bibit
sulaman Yang baru agar pertumbuhan penanaman seragam dan optimum
pertumbuhannya. Selain itu tujuannya adalah untuk efisiensi penggunaan lahan agar lebib
optimal.
4.2.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan
tanaman dari pengganggu (gulma) agar tidak tejadi kompetisi hara dengan tanaman
pokok.
4.3.
Pendangiran
Pendangiran merupakan pekerjaan
menggemburkan tanah pada sekitar batang pokok.
Tujuannya adalah untuk memberikan aerasi tanah yang lebih baik dan
sistem perakaran menjadi sehat.
4.4.
Pemupukan
Pemberian pupuk lanjutan di lapangan cukup
menggunakan pupuk kandang secukupnya atau pupuk organik (NPK atau Urea) dengan
dosis 100gr/pohon untuk memacu pertumbuhan perakaran batang maupun daun.
Agar lebih efektif dan efesien, pekerjaan
ini dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pendangiran dan pada saat musim hujan.
4.5.
Pemangkasan batang
kegiatan pemangkasan ini bertujuan untuk
permudaan cabang dan memudahkan dalam pemungutan daun. Untuk tegakan yang telah berumur lebih dari 5
tahun sebaiknya dilakukan pemangkasan setinggi 1 m, dan sebaiknya pekerjaan ini
dilakukan pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan.
PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan dan
Hidayat Moko. 2000. Pengaruh Bahan
Tanaman Terhadap Kemampuan Trubusan Cabang pada Kegiatan Rejuvenasi M. cajuputi. Puslitbang BPTH. Yogyakarta
Kantarli, Mustafa.
1993. Vegetatif Propagation of Dipterocarpaceae
by Cuttings in ASEAN Region. ASEAN-Canada
Forest Tree Seed Centre Project.
Thailand.
Kasmudjo. 1982. Dasar-Dasar Pengelolaan Minyak Kayu
Pulih. Yayasan Pembina Fakultas
Kahutanan UGM. Yogyakarta.
Susanto,M.dan Ayit T.Hidayat. 1997, Laporan Tahunan Pembangunan Kebun
Benih Uji Keturunan jenis Kayuputih. di Gungkidul BP3BTH.Yogyakarta.
Susanto, M. 2001. Keragaman Viabilitas
Biji Melaleuca cajuputi sub sp. Cajuputi
dari 5 Provenance.
Buletin Pemuliaan Pohon.P3BPTH, Yogyakarta.
Siagian, Y.Togu. dan hamdan A.A. 2001.Daya Pertunasan Cabang dan
Keberhasilan StekPucuk Jenis Melaleuca
cajuputi Pada Beberapa Macam Media. Buletin Pemuliaan Pohon. P3BPTH.
Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar